Wednesday 28 May 2014

Cinta Pertama, Mama

Musim kemarau.
Hari itu sekolah dipulangkan lebih awal karena rapat guru, dan tak ada tugas sekolah, tentu senang rasanya bagi siswa SMA yang biasa disibukkan oleh kegiatan belajar. Dengan niat untuk mencari buku catatan tahun lalu, kubongkar kardus-kardus di gudang. Salah satunya menarik perhatianku. Tampaknya kardus kecil itu berisi barang milik Mama. Belum pernah kulihat benda-benda itu. Buku-buku milik Mama, album-album foto ketika Mama masih muda, dan segala hal tentang Mama. Salah satu buku menarik perhatianku. Sampulnya terbuat dari kain krem bermotif bunga, cantik sekali. Kubuka kancing buku itu, terlihat tulisan tangan Mama di sana. Astaga, buku harian Mama.
Tergelitik untuk membaca isinya, aku membawanya ke kamar dan melupakan niatan awalku. Kubaca lembar-lembar awal buku itu, berisi tentang cerita sehari-hari Mama, sedih, lucu, dan segala tentang perasaan Mama. Penasaran sekaligus takjub rasanya melihat tulisan-tulisan Mama. Secara acak kubuka bagian halaman lain, di sana hanya tertulis satu kalimat :

Ayah...aku mencintainya, demi Allah, aku mencintainya...

Kaget ketika membacanya. Rasanya jantung ini berdegup sangat kencang. Apakah Mama jatuh cinta? Pada siapa? Apakah Papa?
Tak sempat kulanjutkan membaca karena mendengar suara Mama yang baru pulang kerja. Kusimpan buku itu dan berniat untuk melanjutkan membaca nantinya. Rasa penasaran terus mengusikku, tapi tak berani menanyakannya langsung pada Mama. Mama mungkin tidak ingin menceritakannya.
Malam itu juga, kubuka kembali buku harian Mama. Kubuka kembali halaman tadi. Kubolak-balik halaman demi halaman. Benar, sepertinya Mama sedang jatuh cinta dengan seseorang. Seseorang yang santun dan ulet, jika kusimpulkan dari tulisan Mama. Tampaknya perasaan Mama sangat bahagia ketika menuliskan kata demi kata tentang orang yang dicintainya itu. Aku dapat turut merasakan kebahagian Mama ketika itu.
Tapi sepertinya kebahagiaan itu pupus ketika kubaca halaman lain.

Aku tahu dirimu ingin yang terbaik bagiku, Ayah, tapi aku mencintai seseorang. Mengapa dirimu masih berkeras menjodohkanku?Aku tak sanggup menentangmu Ayah, sungguh aku tak sanggup. Aku tak mampu membalas kata-katamu Ayah. Aku hanya diam. Tapi tidakkah Ayah dapat melihat air mata penolakanku?

Tampaknya perasaan Mama kala itu sangat terluka. Ayahnya, atau orang yang semestinya kupanggil “Kakek” dan belum pernah kutemui selama ini, tidak merestui Mama dan orang yang dicintainya. Sebegitu sakitkah jika cinta itu dilarang? pikirku.
Pada salah satu halaman terselip kertas lama yang tampaknya adalah sepucuk surat. Ditulis dengan tinta hitam dan terlihat menembus kertas yang tampak menguning termakan usia. Aku terkejut ketika mengetahui bahwa surat itu berasal dari seseorang yang dicintai Mama. Tulisan tangannya tampak kasar dan tegas.

Untuk dinda yang kusayangi, Dirimu tentu tahu, dulunya aku tak lebih dari seorang pemuda pemabuk. Keluargaku berantakan, dan hidupku tidak jelas. Namun dirimu telah mengubahku, mengubah hidupku. Aku tahu, aku tidak pantas mencintai putri seorang terhormat, yang shalehah dan terpelajar sepertimu. Tapi perasaan itu tidak dapat kubendung, membuatku semakin ingin membenahi diri dan bertobat, agar layak mendapatkan dirimu. Walaupun kecil harapannya untuk mendekatimu, tapi saat itu setidaknya aku berusaha untuk menjadi baik, sehingga nantinya akan mendapatkan pasangan yang sebaik dirimu.Tak disangka Allah memberi jalan kepadaku. Aku begitu bersyukur telah mengenalmu. Dan lebih bersyukur lagi jika saja aku dapat menjadikanmu bidadari surgaku. Aku ingin meminangmu, menjadikanmu istri yang berbahagia. Aku akan menemui ayahmu, tunggulah aku, bersabarlah, aku akan melamarmu. Jika Tuhan mengizinkan kita berjodoh, insyaallah niatanku akan diberi jalan.
 Salam dan doa untukmu.Kanda,

Bergetar rasanya ketika membaca surat itu. Luluh rasanya. Air mata mengalir begitu saja di pipiku. Keberanian dan romantisme tersirat dari surat usang itu.

Alhamdulillah..terima kasih Ayah, walaupun aku tahu, masih ada kekesalan di raut wajahmu. Aku sangat berterima kasih engkau bersedia menikahkanku dengannya. Putrimu ini akan menjadi istri yang shalehah yang menaati suami dan akan menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku kelak. Ayah tidak perlu khawatir, aku berjanji.

Akhirnya Mama menikah dengan orang yang dicintainya itu, yang didambakannya, Papa. Aku terhanyut membaca gejolak perasaan yang tersirat dari setiap baris di buku itu. Lalu sedikit banyak aku mulai tahu alasan berbagai hal yang membuatku bertanya-tanya selama ini. Seperti mengapa aku tak pernah bertemu keluarga Mama.

Hatiku tergores mendengar perkataanmu Ayah. Apakah benar engkau tidak ingin melihatku lagi Ayah? Aku sadar kesalmu dalam diam selama beberapa saat yang lalu belum padam, tapi tidakkah ini terlalu menyakitkan? Masih sebegitu kesalkah Ayah walaupun sudah menikahkanku?Hari ini kutatap wajah Ayah yang tegas tak ingin memandangku. Masih terngiang di telingaku suara isak tangis keluarga yang kusayangi, ibu dan adik-adik, yang mengiringi kepergianku bersama suami yang kucintai.

Seberat inikah keputusan yang harus diambil ketika cinta menghampiri diri kita? Sebegitu rumitkah perasaan itu?
Sempat kutengok halaman terakhir buku itu sebelum menutupnya. Hatiku tergetar membacanya.

Belum genap 2 tahun usia anak kita, tapi Allah telah memanggilmu. Rasanya aku belum bisa percaya. Air mata ini belum mengering.Aku akan kuat, aku akan membesarkan Nana agar menjadi anak yang cerdas dan beragama seperti cita-citamu.Terima kasih telah menjadi imamku. Terima kasih atas segala kasih sayangmu.
Aku menyayangimu, wahai cinta pertamaku.

Mama sudah tertidur lelap, tampak kelelahan. Aku ikut berbaring di sampingnya, mendekapnya. Mama..sebegitu cintakah engkau kepada Papa? Anakmu ini belum cukup dewasa, belum pernah merasakan perasaan yang sepertinya meluap-luap itu. Apakah benar begitu indah sehingga engkau sangat sulit melepasnya? Terima kasih Mama, untuk cintamu kepada Papa, untuk cintamu kepadaku. Terima kasih telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang walau tanpa Ayah di sampingmu.
Malam itu kudekap erat Mama, berjanji tidak akan berhenti mencintainya.
Aku menyayangimu, wahai cinta pertamaku, Mama.


"Mawar-Mawar"

Ini adalah pesan dari salah seorang teman SMA. Waktu itu saya hobi mengumpulkan biodata diri dan pesan kesan hasil tulisan tangan teman-teman SMA, yang kemudian saya simpan dalam sebuah binder. Supaya memori masa SMA tetap tersimpan rapi. Teman saya yang satu ini tidak menuliskan biodata diri dan semacamnya, dia hanya menyelipkan pesan-pesan cantik yang berjudul “Mawar-Mawar”.


11 September 2007
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr. wb.

Mawar – Mawar
·         Mawar pertama
Ingatlah, Tuhanmu akan mengampuni orang yang memohon ampun, akan memberi ampun kepada yang meminta dan menerima yang kembali.
·         Mawar kedua
Sayangi yang lemah, engkau akan bahagia. Penuhi hajat yang membutuhkan, engkau akan disembuhkan. Jangan bawa kebencian, engkau akan dilindungi.
·         Mawar ketiga
Optimislah, karena sesungguhnya Allah bersamamu, para malaikat memohon ampunan untukmu, dan surga telah menunggumu.
·         Mawar keempat
Hapuslah air matamu yang berbaik sangka kepada Allah. Usirlah segala duka dengan mengingat semua nikmat yang telah dlimpahkan kepadamu.
·         Mawar kelima
Jangan befikir bahwa di dunia ada orang yang diberi kebahagiaan yang sempurna, karena tak seorang pun bisa mendapatkan semua yang ia inginkan.
·         Mawar keenam
Jadilah seperti pohon kurma; tinggi cita-citanya, kebal dari penyakit, dan bila dilempar dengan batu ia membalas dengan buah kurmanya.
·         Mawar ketujuh
Pernahkah engkau medengar ada kesedihan yang dapat mengembalikan apa yang telah berlalu? duka lara yang dapat memperbaiki kesalahan? Jadi, untuk apa bersedih.
·         Mawar kedelapan
Jangan menunggu datangnya ujian dan bencana, lalu sambutlah rasa aman, rasa nyaman, dan rasa terlindungi.
·         Mawar kesembilan
Padamkanlah api kedengkian dalam dadmu dengan memaafkan semua yang pernah berbuat salah padamu.
·         Mawar kesepuluh
Mandi, wudhu, wewangian, dan siwak adalah obat yang mujarab untuk kesedihan dan kesempitan.

To ukhti yang insyallah dirahmati Allah..
Tetaplah tegar dan tersenyum menyongsong dan menjalankan kehidupan yang tak tahu kapan berakhir..

Wassalamu’alaikum wr. wb.

MSAF 91

Mangosten, Queen of Fruits

            Selama penelitian skripsi berkali-kali ganti objek penelitian. Bikin gerah n cemas tapi apa mau dikata, pembimbing sudah bertitah. Salah satu “korban” objek penelitian saya adalah buah manggis. Berikut adalah sedikit penjabaran tentang buah manggis dalam ringkasan “calon skripsi yang gak sempat dilahirkan”.
Mangosteen is also known as the Queen of Fruits.  Recently, mangosteen is becoming popular due to its active compounds, especially xanthones.  It has been widely applied in pharmaceutical interest.  Mangosteen is tropical plant which is notoriously difficult to grow.  The tree can grow up to 82 feet tall. 
            The fruit is composed of 17% of outer pericarp, 48% of inner pericarp, 31% of flesh and 4% of cap.  The pericarp encloses the juicy white flesh and edible seed which is segmented into 5 – 7 segment.  The amount of segment depend on the total of mangosteen seed.  The colour of pericarp depend on the maturity of mangosteen.  It is become dark purple when ripe.  The dark purple colour of mangosteen pericarp is mainly due to anthocyanin content.  The inner pericarp is thicker and more tender than outer pericarp.
Mangosteen parts are more effective than cinnamon and citrus oil in againts some Gram positive bacteria (L. monocytogenes and S. aureus) and Gram negative bacteria (E. coli and Salmonella sp.). The pericarp extract of mangosteen showed minimal inhibitory concentration (MIC) for Staphylococcus albus, Staphylococcus aureus, and Micrococcus lutus were 50 μg/mL, 200 μg/mL, and 50 μg/mL, respectively. 
The main part of mangosteen consist of flesh, inner and outer pericarp.  They contain active compounds that has been widely applied as suplement or food formulation.  The inner and outer pericarp of mangosteen contain phenolic compound and anthocyanin in the large amount.  The highest antioxidant activity was found in the inner pericarp of mangosteen. 
            There was more than 90% xanthones (α-mangostin and γ-mangostin) from the extract of mangosteen pericarp.  A result showed that the xanthones exhibited an enhancement of  natural killer (NK) cell activity in mouse model, in addition α-mangostin also showed cancer preventive effect in rat carcinogenesis bioassay.  The conclusion of the study was xanthones are potensially to be developed as anti-cancer substance. Mangosteen is becoming popular due to its substantial amount of active compound.  It has been widely used as folk medicine and processed as functional food formulations and supplements.  The study about bioavailability of xanthones from 100% mangosteen juice has been done.  It was determined in healthy adult by measuring the free and conjugated xanthones in serum and urine.  The result showed that xanthones in mangosteen juice are absorbed when ingested along with a high – fat meal.
            Mangosteen juice mixed with grape and roselle has been produced. Chaovanalikit et al. (2012) reported that the fresh mixed juice contains 39.26 mg GAE/100 mL of total phenolic and 3.71 mg Cyn-3-Glu/100 mL of anthocyanin content.  The mixed juice also dried by using spray dryer and vacumm dryer. The mixed juice which was dried with spray dryer had higher total phenolic compound and anthocyanin content than vacumm dryer. The tannin extract from mangosteen pericarp has also been utilized. The tannin extract is obtained by extracting the mangosteen pericarp sized 20 and 30 mesh with the mixture of water and 95% ethanol (1:1 v/v) at 80oC for 2 hours and applied as protein precipitation in wine.  The result showed that the tannin extract exhibited the ability to precipitate protein on wine and also increases the wine astringency.

References

Akao, Y., Nakagawa, Y., Iinuma, M., Nozawa, Y. 2008. Anti-cancer effects of xanthones from pericarps of mangosteen.  Int. J. Mol. Sci., 9: 355-370.
Chaovanalikit, A., Mingmuang, A., Kitbunluewit, T., Choldumrongkool, N., Sondee, J., Chupratum, S. 2012. Anthocyanin and total phenolic content of mangosteen and effect of processing on the quality of mangosteen products. Int. Food. Res. J., 19(3): 1047-1053.
Chitchumroonchokchai, C., Riedl, K.M., Suksumrarn, S., Clinton, S.K., Kinghorn, A.D., Failla, M.L. 2012. Xanthones in mangosteen juice are absorbed and partially conjugated by healthy adults. J. Nutr., 1-6.
Hulton, W. 1997. Tropical Fruit of Thailand. Asia Book. Thailand.
Moosopin, K., Wetthaisong, T., Seeratchakot, L., Kokluecha, W. 2010. Tannin extraction from mangosteen peel for protein precipitation in wine. KKU. Res. J., 15(5): 377-385.
Palakawong, C., Sophanodora, P., Pisuchpen, S., Phongpaichit, S. 2010. Antioxidant and antimicrobial activities of crude extracts from mangosteen (Garcinia mangostana L.) parts and some essential oils. Food. Res. Int., J 17: 583-589.
Vishnu, P., Jainu, M., Mohan, S.K., Saraswathi, P., Gopan, C.S. 2010. Antimicrobial activity of pericarp extract of Garcinia mangostana Linn. IJPSR., 1(8): 278-281.

"Sakura terakhir yang mekar akan tumbuh menjadi sakura yang paling indah"

Salah satu kegiatan yang menurut saya cukup me-refresh otak dari segala kejenuhan adalah “membongkar” kamar. Suasana baru n bersih memang efektif untuk memulai aktifitas.
Di tengah kesibukan membersihkan lemari buku, gak sengaja ketemu buku catatan SMA. Sambil nostalgia, buka tuh buku terus senyum-senyum sendiri lihat kenangan di dalamnya. Di halaman terakhir catatan itu ada tulisan tebal “Sakura terakhir yang mekar akan tumbuh menjadi sakura yang paling indah”. Saya jadi ingat masa-masa itu, masa-masa kelulusan SMA yang dipenuhi kegalauan dan keputusasaan. Dengan rasa putus asa dan sedih saya menuliskan sepenggal kalimat itu.

Kala itu adalah masa-masa penentuan tujuan kita nantinya. Saya termasuk siswa yang cerdas (berdasar hasil psikotest dan nilai nih), tapi cenderung bosan dan malas belajar ketika di SMA. Walaupun demikian, Alhamdulillah saya tidak pernah lengser dari kelas unggulan. Di saat mulai pendaftaran program jalur khusus (masuk tanpa ikut SNMPTN) untuk universitas, seluruh siswa mulai grasak-grusuk mendaftarkan diri. Bahkan, sebagian siswa mendaftarkan diri di lebih dari 2 universitas. Sesuai dengan saran orang tua, saya hanya berniat mendaftarkan diri di 2 universitas, 1 di pulau Jawa dan 1 di pulau Sumatera melalui program PMDK. Saya mendaftarkan diri di Kedokteran Umum yang saat itu masih menjadi cita-cita saya dan memang merupakan harapan orang tua. Ketika tiba pengumuman dari universitas di pulau Jawa tempat saya mendaftar, saya dinyatakan tidak lolos. Tapi pada saat itu saya tidak berkecil hati karena memang orang tua saya lebih prefer  ke universitas terdekat yang ada di Sumatera dan juga memang berkas yang saya kirim waktu itu kurang lengkap. Pada saat itu, pendaftaran program PMDK untuk universitas tujuan saya yang ada di Sumatera belum dibuka. Saya sangat berharap pada yang satu ini. Universitas ini pun menjadi rebutan bagi teman-teman lainnya dan termasuk favorit.
Tiba pada saat pembukaan program PMDK untuk universitas tersebut, saya sudah menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar di Kedokteran Umum universitas tersebut. Ketika saya menemui guru yang berwenang mengurus pengiriman saya diminta untuk mengubah jurusan yang saya ambil dikarenakan salah satu teman saya yang notabene adalah seorang anak guru juga akan mengambil jurusan tersebut. Lalu kenapa saya tidak boleh? Bukankah ini seperti kompetisi? Saya merasa berhak ikut. Dengan berat hati saya kembali dengan membawa berkas yang belum diserahkan. Rasa kesal, sedih dan putus asa bercampur aduk saat itu. Berkali-kali saya menangis mengingat hal itu. Entah mengapa, saat itu saya merasa kesal dengan teman-teman yang merupakan anak guru di SMA itu. Saya tahu bahwa mereka sejak dulu mendapat perlakuan spesial dan sering kali mendapat pengecualian, bahkan hingga ke ranking di kelas. Tapi semua itu selama ini tidak mengganggu saya, hingga akhirnya hari itu saya merasakannya, ketidakadilan. Berhari-hari saya bersedih karena bingung harus bagaimana. Teman-teman terdekat menghibur dan menyuruh saya untuk bersabar, tapi rasanya bagi saya hanya hampa. Setelah berpikir matang-matang dan tibalah hari terakhir penyerahan berkas, saya menyerahkan kembali berkas saya saat itu dengan tanpa mengubah jurusan tujuan saya. Guru yang berwenang sepertinya kecewa tapi saya diam dan tidak mengubah keputusan. Saya berhak.
Ketika hari pengumuman itu tiba. Saya masih sangat ingat, itu adalah hari terakhir ujian praktik olahraga. Saat itu kelas kami sedang mengikuti ujian posisi kayang ke belakang dari posisi berdiri. Sudah berlatih berkali-kali tapi saya tetap tidak bisa melakukannya, saya pasrah ketika nanti saya dipanggil untuk melakukan gerakan tersebut. Sebelum nama saya dipanggil, kami diizinkan beristirahat terlebih dahulu karena pengumuman dari universitas tersebut telah tiba, sehingga kami dapat melihat pengumuman. Saya berharap dengan penuh kecemasan pada saat itu.
Lembar pengumuman sudah di depan mata, tapi saya tidak melihat nama saya di lembar itu, entah lulus atau tidak lulus, benar-benar tidak ada nama saya di sana. Bingung, kesal dan sedih yang saya rasakan. Saya melihat untuk Kedokteran Umum hanya 1 nama, yaitu nama teman saya yang notabene adalah anak guru. Dia lulus. Entah itu iri atau apa, saya sedih sekali. Ketika ujian olahraga dilanjutkan, entah kekuatan darimana, saya bisa melakukan gerakan tersebut dengan sempurna. Subhanallah. Saya pasrah.
Besoknya muncul kabar bahwa sebenarnya berkas saya tidak dikirimkan karena alasan yang tidak jelas. Berkali-kali air mata ini menetes. “Sakura terakhir yang mekar akan tumbuh menjadi sakura yang paling indah”. Saya goreskan kalimat itu di buku terakhir catatan SMA dengan segala perasaan yang bercampur aduk. Saya berjanji akan menjadi hebat.
Masa SMA itu ditutup dengan kekesalan dan kesedihan. Bahkan ketka perpisahan SMA pun orang tua saya menolak datang karena malu saya tidak dipanggil ke depan karena tidak lulus jalur khusus di manapun, sementara teman-teman yang lain bahkan lulus di beberapa universitas, baik jalur PMDK maupun Swadaya yang memakan biaya besar.


bersambung...

Tuesday 27 May 2014

Ketahanan Pangan Berbasis Konsumsi Pangan

Konsep dasar ketahanan pangan di Indonesia mengacu pada 3 aspek, yaitu produksi pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan. Melalui aspek produksi pangan ingin dicapai ketersediaan pangan yang dapat mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia, baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain itu, melalui aspek distribusi pangan ingin dicapai ketersediaan pasokan pangan yang dapat menjangkau seluruh wilayah dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat pula. Sementara itu, melalui aspek konsumsi pangan tiap-tiap rumah tangga diharapkan dapat mengakses pangan yang mencukupi, dengan pola pemanfaatan yang memenuhi mutu, beragam, tercukupi kandungan gizinya, aman, serta halal. Hal ini sejalan dengan pengertian ketahanan pangan pada umumnya. Ketahanan pangan merupakan suatu keadaan tercukupinya pangan bagi masyarakat yang ditandai dengan tersedianya pangan, baik secara kuantitas maupun kualitas, aman, merata, dan terjangkau.
Tercukupinya pangan tidak hanya dinilai berdasarkan jumlah, tetapi juga berdasarkan mutu pangan yang dikonsumsi. Mutu pangan mengarah pada kandungan gizi maupun kecukupan energi yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Oleh karena itu, aspek konsumsi pangan memiliki peranan terhadap ketahanan pangan masyarakat Indonesia.
Melalui pengendalian aspek konsumsi pangan, maka kualitas pangan yang dikonsumsi tentunya  lebih terjamin. Kecukupan gizi dan energi pun semakin diperhatikan. Tiap-tiap rumah tangga tentunya akan lebih selektif dalam mengkonsumsi makanan. Dengan demikian, keanekaragaman konsumsi pangan dan kecukupan gizi tentunya akan tercapai. Alhasil, masyarakat semakin mendekati ketahanan pangan dengan tercukupinya pangan dari segi kualitas. Hal ini menandakan bahwa konsumsi pangan merupakan bagian hilir dari ketahanan pangan, yang berperan dalam tingkat rumah tangga atau lingkungan masyarakat. Di samping itu, konsep konsumsi pangan dinilai lebih efektif terhadap ketahanan pangan karena langsung berhubungan dengan lingkungan rumah tangga, dimana lingkungan rumah tangga adalah sasaran utama yang dituju dalam mencapai ketahanan pangan.
Dalam menuju ketahanan pangan melalui konsep konsumsi pangan, masyarakat hendaknya diberi pengarahan mengenai pentingnya pangan yang dikonsumsi. Mengingat bahwa konsep konsumsi pangan ini langsung berkaitan dengan lingkungan rumah tangga, maka perwujudan konsep ini pun memerlukan peran aktif masyarakat. Masyarakat merupakan sasaran utama yang ingin dituju melalui konsep konsumsi pangan ini, sehingga sukses tidaknya aplikasi atas konsep ini tergantung pada peranan masyarakat pula.
            Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam konsep konsumsi pangan antara lain berupa peningkatan mutu pangan yang dikonsumsi dan usaha diversifikasi pangan. Kedua hal ini adalah bagian yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat.
            Peningkatan mutu pangan yang dikonsumsi menyangkut pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai mutu atau kandungan gizi atas makanan yang dikonsumsi. Perlu adanya usaha-usaha seperti penyuluhan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat mengenai pentingnya mutu pangan yang dikonsumsi. Masyarakat diharapkan untuk dapat menyeleksi dan mengkonsumsi pangan yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Peran aktif pemerintah dan lembaga-lembaga teknologi pangan tentunya sangat diharapkan. Pemerintah perlu mengenalkan kepada masyarakat mengenai pentingnya mutu pangan yang dikonsumsi. Di samping itu, lembaga-lembaga teknologi pangan diharapkan dapat memberikan kontribusi dengan memperkenalkan hasil-hasil olahan pangan yang bermutu dan dapat dijangkau seluruh bagian masyarakat.
            Pemerintah pun perlu menekankan kembali mengenai prinsip gizi seimbang, karena selama ini prinsip gizi seimbang nampaknya tidak mengena di kalangan masyarakat luas. Prinsip gizi seimbang memperkenal kepada masyarakat mengenai 3 pokok utama pangan, yaitu pangan sumber tenaga, pangan sumber zat pengatur, serta pangan sumber zat pembangun. Prinsip gizi seimbang menyarankan untuk mengkonsumsi pangan yang dapat mencukupi kebutuhan energi, terutama dengan mengkonsumsi karbohidrat sebanyak setengah dari kebutuhan energi. Masyarakat pun disarankan untuk mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang terbatas. Selain itu, masyarakat pun dianjurkan untuk mengkonsumsi pangan yang mengandung zat besi serta mengkonsumsi garam beryodium.
            Diversifikasi pangan sendiri memiliki pengertian mengkonsumsi berbagai pangan yang beranekaragam sehingga memenuhi kebutuhan akan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Pengertian ini pun sejalan dengan prinsip gizi seimbang. Diversifikasi pangan ini tidak hanya berkaitan dengan usaha penganekaragaman makanan pokok seperti yang digalakkan saat ini. Diversifikasi pangan pun tidak berarti masyarakat harus mulai meninggalkan beras sebagai makanan pokoknya. Di samping itu, sulit untuk mengubah pola pikir masyarakat yang telah lama menjadikan beras sebagai makanan pokok.
            Diversifikasi konsumsi pangan pun terkadang didefinisikan sebagai jumlah jenis makanan yang dikonsumsi, sehingga semakin banyak jenis makanan yang dikonsumsi akan semakin beranekaragam. Akan tetapi, konsep ini belum sepenuhnya mewakili pengertian diversifikasi konsumsi pangan karena tidak memperhitungkan jumlah zat gizi dan kecukupan gizi yang terkandung dalam tiap-tiap bahan pangan yang dikonsumsi.  Diversifikasi pangan justru mengarah pada pola konsumsi yang beranekaragam sejalan dengan prinsip gizi seimbang. Usaha diversifikasi pangan ini pun memerlukan peran aktif pemerintah dan lembaga-lembaga yang berperan dalam bidang teknologi pangan. Pemerintah hendaknya dapat menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Pangan yang dikonsumsi ini pun tidak perlu mahal ataupun sulit untuk dijangkau, cukup dengan memberdayakan potensi lokal yang ada di sekitar masyarakat. “Eat what we and the world grow”. Di samping itu, lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang teknologi pangan pun perlu memberikan andil dengan memperkenalkan olahan-olahan pangan yang dapat mencukupi kebutuhan gizi dan merupakan olahan dari potensi lokal di lingkungan masyarakat. Seperti halnya isu mengenai penganekaragaman makanan pokok, di sinilah pentingnya peranan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang teknologi pangan. Perlu diperkenalkan alternatif-alternatif yang dapat menggantikan kebutuhan akan karbohidrat, sesuai dengan komoditas yang banyak dibudidayakan di daerahnya.
Dalam perkembangannya, pengendalian konsumsi pangan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti daya beli, pengetahuan, ketersediaan, dukungan kebijakan, dan faktor sosial budaya. Faktor-faktor ini yang kadang menghambat konsep konsumsi pangan dalam menuju ketahanan pangan.
            Daya beli masyarakat mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi daya belinya maka semakin tercukupi pula kebutuhan pangannya. Hal ini tentunya dapat disikapi dengan memberi pengertian kepada masyarakat bahwa untuk mencukupi kebutuhan gizi tidak perlu biaya yang besar, cukup dengan memberdayakan potensi lokal dan hasil olahan pangan yang berasal dari lingkungan sekitar. Faktor ini berkaitan pula dengan faktor ketersediaan. Hendaknya masyarakat dapat dengan cerdas menyikapinya melalui pemberdayaan potensi pangan di  lingkungan sekitar. Dengan demikian, kebutuhan gizi dapat terpenuhi dengan pemanfaatan potensi lokal. Misalnya saja ketersediaan beras yang terbatas dapat disikapi dengan pengalihan sumber karbohidrat berupa beras menjadi sumber karbohidrat lainnya seperti umbi-umbian.
            Faktor pengetahuan adalah salah satu bagian penting dalam usaha pengembangan konsep konsumsi pangan. Karena melalui pengetahuan inilah maka masyarakat dapat mengerti tindakan apa yang harus diambil dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Untuk itu, pemerintah perlu gencar memberikan informasi-informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya mencukupi kebutuhan gizi dan cara-cara pemanfaatan potensi lokal dalam usaha memenuhi kebutuhan gizi. Hal ini berkaitan dengan faktor dukungan kebijakan. Dukungan berupa kebijakan dari pemerintah tentunya akan mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan kebutuhan gizinya. Dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pula maka akan mengarahkan masyarakat untuk menyadari pentingnya konsep konsumsi pangan dalam menuju ketahanan pangan.

            Faktor sosial budaya merupakan hal yang sensitif dalam usaha pengembangan konsep konsumsi pangan. Mengingat keadaan masyarakat yang begitu bergantung pada budaya. Dalam penanganannya, hal ini berkaitan erat dengan usaha untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi.

Friday 23 May 2014

Gac, Si Bulat Berduri


Ini postingan pertama saya. Di postingan ini, saya akan berbagi tentang buah unik yang saya temui selama berada di Thailand dan gak ada di Indonesia. Gac (Momordica cochinchinensis), a fruit which were I used as one of material for my research project about functional food. I made yogurt and added this fruit in order to increase the functionality of the yogurt. I spent a lot of time to get the best compotition of yogurt.


Momordica cochinchinensis which family is Cucurbitaceae is indigenous fruit from Southeast Asia and it is claimed originally from Vietnam.  It has different name in some countries.  It is called Fak Kao in Thailand, Gac in Vietnam, Bhat Kerala in India, and Mak Kao in Laos.  Classification of gac are :
Kingdom         : Plantae
Division           : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Order              : Cucurbitales
Family             : Cucurbitaceae
Genus              : Momordica
Species             : Momordica cochinchinensis


Gac which is round to oval in shape, and its peel is covered by spikes.  It has green to yellow peel in immature stage and orange to red in mature stage.  Gac consists of rind, mesocarp, aril, and seeds with the proportion of the aril is about 19 %, while the seeds are 13 % from the total weight.
Gac is highly nutritious fruit, and the inner side of gac consists of yellow mesocarp and red aril that cover the seed. These parts contain a lot of phytochemicals and antioxidants.  The aril was high in lycopene and β-carotene, while the mesocarp contained the highest amount of lutein.  Lycopene, β-carotene, and lutein are carotenoid compound that might prevent vitamin A deficiency.  Lutein is chemically similar to β-carotene.
Gac can be added into cooked rice.  Vietnamese sometimes add gac as colourant for cooking red glutinous rice that is called as Xoi GacXoi Gac is commonly served in festive occasion. Thai people consume gac mesocarp as vegetable-like menu, especially the mesocarp of immature gac.  Gac mesocarp is also added in curry, and gac mesocarp could be served as boiled mesocarp which is usually consumed with chili paste.  Recently, the aril has been developed as functional drink in Thailand due to its phytochemicals and antioxidant content.

References

Vuong, L.T. 2001. Gac : A fruit from heaven. Vietnam J., 1: 1-14.
Vuong, L.T., Franke, A.A., Custer, L.J. and Murphy, S.P. 2006. Momordica cochinchinensis Spreng (gac) fruit carotenoids reevaluated. J. Food Compos. Anal., 19: 664-668.
Kubola, J. and Siriamonpurn, S. 2011. Phytochemicals and antioxidant activity of different fruit fraction (peel, pulp, aril, and seed) of Thai gac (Momordica cochinchinensis Spreng). Food Chem., 127: 1138-1145.
Edwards, W.P. 2000. The science of sugar confectionery. RSC Paperbacks. United Kingdom.